Hari ini, kita dipertemukan lagi di ruang yang sama. Cinta bilang, kita pernah punya rasa. Cinta bilang, rasa bukan lagi milik kita. Cinta bilang, sisih sisa rasa masih ada dari satu di antara kita. Cinta bilang, maaf. Katanya, akulah yang masih enggan melepas tumpukan memorial semasa denganmu. Kuanggap katanya omong kosong, tapi nyatanya ia tak bohong. Nyatanya, kepura-puraan tegarku kini gegar ketahuan. Cinta mengangkat dagu, ia berlagak sombong. Kebenaran rasa membuat ia semakin merasa tinggi, Kemudian kudengar samar cekikikannya. Saat itu, hatiku bergolak tak lagi kuat menahan angkuhnya cinta. Serasa ingin membenci cinta, tapi logika tunduk padanya. Tak lagi tahu harus berbuat apa, selain membiarkan cinta berbilang. Tak lagi tahu harus melakukan apa, selain menunggu cinta menyerah dan membiarkan cinta lain menggantikan perannya.