Skip to main content

Teruntuk Kamu, Gadis yang Pernah Mencintai Pria yang Sama

Aku mungkin terlalu lemah untuk melangkah maju. Ah, tidak! Aku bahkan tidak sama sekali ingin berjalan mundur. Hanya saja, lingkungan ini yang membuatku tak diam membicarakannya. Bukan, bukan karena aku ingin membicarakannya, tapi lingkunganlah yang memaksaku bercerita. Bagaimana tidak, aku beberapa ratus kali mengunjungi tempat singgah dia selama beberapa bulan ini. Ya, aku hanya sekedar benci dipojokkan oleh mereka dengan membawa masa laluku kembali. Ingin rasanya menolak pergi kesana, tetapi disana tempat dimana aku harus menyelesaikan skripsi minorku, teman-teman sekelompokku yang juga teman sepermainannya! Akh!

Aku tahu, kita pernah mencintai orang yang sama. Tapi itu hanya sekedar kata “pernah” loh. Aku, benar-benar tidak sama sekali untuk mau memutar momen masa lalu itu.

Aku hanya sekedar menjadikan “masa lalu”-ku itu sebagai objek dari tulisan-tulisan yang mereka bilang “bodoh” karena sama sekali aku susah bergerak maju. Tidak dan bukan sama sekali karena aku masih berjalan mundur. Bukan itu!

Terlebih untuk tulisan “Mencandu Rindu”, aku hanya sekedar ikut @hurufkecil untuk menulis tentang #kangenmantanunite, tidak berarti itu untuk dia. Itu hanya sekedar kisah masa lalu yang sekedar aku tumpahkan disana.

Ah, bodoh sekali memang jika membicarakan momen masa laluku itu. Tapi entah, rasanya teramat ingin berterimakasih kepadanya, itu benar-benar mengajarkanku untuk lebih berpikir menggunakan logika. Cinta bukan hanya sekedar rasa. Dan teramat sangat ingin meminta maaf, karena "masa lalu" masih sering aku jadikan objek untuk tulisan bodohku ini.

Dan teruntuk kamu! Hey, Gadis yang pernah mencintai pria yang sama!

Kita masih tetap sama!

Kita, sudah tidak mencinitai pria yang sama.

Tetapi kita mengagumi penulis yang sama pada akhirnya. Akh, Wira Triasmara Surya, entah pesona dan mantra apa yang kau tebar pada setiap kata yang kau bubuhkan dalam diari-mu itu.

Satu lagi, nama pria yang kita kagumi saat ini, mempunyai nama panggilan yang sama dengan pria yang “pernah” kita cintai dulu. Aneh dan lucu sekali. x))

Teruntuk kamu, aku sangat mengagumi tulisanmu pada diari elektronik-mu itu. Rasanya kita tidak perlu menguntit satu sama lain lagi, rasanya aku ingin bercengkrama dan berceloteh mengomentari baris-baris tulisanmu yang menyenangkan itu. Tidak, jangan pernah mengatakan “Mungkin kita tidak pernah bisa menjadi teman”. Sepertinya, menjadi temanmu, itu menjadi hal yang menyenangkan. J

Comments

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg