Skip to main content

Mencandu Rindu

Aku baru ingat, ternyata dulu ketika aku menginginkanmu, aku memaksa Tuhan untuk menyampaikan pintaku padamu, aku memaksa Tuhan untuk menjadikanmu sesuatu yang berharga dihidupku dan yang mengisi kekosongan hatiku. Aku memaksa Tuhan sampai menangis hingga marah.

Ternyata Tuhan benar-benar mewujudkan pintaku!

Semuanya benar-benar terjadi sesuai pintaku pada Tuhan, keluhku pada Tuhan, hingga Tuhan benar-benar memudahkan apa yang sedang aku pikirkan! Ini yang aku benar-benar inginkan!

Kamu memberi senyum setiap pagi, mengirim sejuta kata manis melebihi manisnya senyummu, membalut hariku dengan segala ketenangan sikapmu, Ah. Indah sekali!

Aku bisa membuat iri perempuan-perempuan yang menunggumu, yang mencintaimu, yang mengagumimu, dengan cara menjadi perempuan yang membanggakan untuk kekasihku, dengan cara menunjukkan kehebatanku. Ya, mereka iri padaku karena cuma aku milikmu. Aku!

Ah, benar-benar masih serasa mimpi! Semua berjalan rapih seperti delusi imajin yang aku buat sebelumnya. Kamu mencintaiku,

Kamu menyayangiku,

Kamu mengasihiku,

Kamu mengagumiku,

Dan, ya! Kamu milikku!

Hari ke-546, kamu dan aku masih bersama, semakin lama kami bersama, ternyata semakin banyak deraan masalah. Keegoisanku menjadi candu. Semakin takut kehilangan kamu membuat aku benar-benar kehilanganmu.

Ah, benar saja! Kamu benar-benar hilang ketika itu. Kamu benar-benar hanya meninggalkan luka, memberiku pelajaran mendalam tentang ke-sakit-hati-an. Kami berakhir.

Kami berakhir.

Mungkin karena dulu aku terlalu memaksa Tuhan. Tak mengerti caranya bersyukur. Tak mengerti caranya mencintai atas dasar mengasihi dan atas dasar Tuhan. Dulu aku memaksa Tuhan, makanya kamu pergi.

Aku. Menyesal. Aku terlalu takut kehilangan kamu, hingga akhirnya kamu benar-benar hilang.

Sekarang, hari ke-492 setelah kamu pergi. Aku cuma bertanya, kapan kami bertemu untuk hanya sekedar saling bertukar senyum dan sapa? Karena untuk meminta hatimu, adalah hal yang delusional.

Aku. kencanduan. rindu. yang tak berkesudahan.

Comments

Hanna Ester said…
Nyasar dimarii
Kereenn kata2 nya!!
*Terharu* *LapIngus*
Saling follow yuukk,
http://hanaester.blogspot.com
Ntar psti gw folbek..
Thanks!!

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg