Skip to main content

Perkenalan dengan Iskandarsyah Putra

Menulis untuk menepati janji gue kepada seseorang. Yap. Secara tidak sengaja gue kenal Kandar di twitter. Iskandarsyah Putra. Mahasiswa Perbanas 2009.

Awalnya karena gue gak sengaja ketemu cowok di busway, anak binus dan ternyata geci kenal tapi lupa namanya. Dan dia bilang 'dia temen SMP nya Kandar deh kayaknya'. Di twitter geci mention ke kandar, '@kandarputra, si @soniaanggi tanya namanya temennya kandar. Nanti kita fotoin. Okeoke?'

Yap, berawal dari situ. Dan akhirnya gue follow dia karena awalnya gue locked akun gue. Dari situlah kita kenal. Cuma cerita2 kecil, bertukar pendapat, share tentang hobby, dan saling curhat.

Dia menyenangkan. Dan bahkan emang sangat menyenangkan.

Gue menulis lagi karena gue merasa hutang menulis. Ketika itu dia bilang dia suka bikin lagu dan membuatkan lagu buat gue. (Entah harus Ge-eR atau bagaimana *halah lebay) dan gue pun menjanjikan menulis lagi dan menulis tentang dia.

"hai, kamu. kau ucapkan selamat pagi pa...daku. seakan mataharipun menyam...butku."

Sebagian lirik yg dia tulis lewat sms.

Yaa. Gue udah menulis tentang dia. Menyenangkan. Dan teman yang baik. :)


Dan sepertinya gue salah berbicara waktu itu. Gue cuma bisa bilang maaf. Hmm.

Agak kaco nih gue nulisnya. Nulis sambil ngantuk. Hhhh.

Dan untuk cowok yg di busway, gue pun lupa mukanya kayak apa. Hanya beberapa kali ketemu di kampus dan di busway. Dan kita, belum pernah ketemu langsung dan cuma di twitter.

Gue udah nepatin janjinya kan? Yaa. Impas.

Dia tetep temen yang baik. Makasih yaa untuk jadi temen yg hangat di beberapa hari kemarin. :)

Comments

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg