Sama sekali aku tidak berniat untuk membuat kamu tau tentang yang aku rasa saat ini. Bahkan sebisa mungkin aku menyembunyikan perasaanku didepanmu. Atau mungkin, aku bisa pura-pura tidak tahu. Seketika fikiran ini menyerangku,
“Bagaimana dia tau kalau kamu tidak pernah bilang kalau kamu suka? Bagaimana dia membalasnya?”
“Tapi bagaimana dia bisa membalas, sedikitpun kami tidak dekat sama sekali”
Bingung.
Hari ini, ya. Tak terhitung berapa kali aku bertemu dengan kamu. Ya, dengan jelas aku melihat kamu. Tapi tak sedikitpun kamu tahu, bahwa aku meperhatikanmu, bahkan setiap gerakmu, warna bajumu, sampai ketika kamu tersenyum.
Malam ini, lebih dari 3 kali aku kebetulan bertemu denganmu, tanpa sengaja. Ya walaupun dalam hati sudah berekspektasi. Hehe. Aku melihat kamu bersepeda malam ini. Aku juga melihat kamu jalan keluar untuk mencari makan malam, ya, itu tanpa sengaja. Entah kenapa bayangannya masih mengendap pekat di dalam otak keritingku. Lagi-lagi kamu.
Aku memang sedikit pandai merangkai kata, ya. Dalam tulisan, atau bercerita kepada beberapa teman tentang segala mimpi dan apa yang telah aku lakukan kemarin. Tapi entah kenapa, jika dihadapkan dengan kamu, lidah terasa kelu, dingin dan beku. Dan bahkan mengubah 360 derajat sikapku, terlihat bodoh. Atau bisa dibilang salah tingkah mungkin. Aku selalu menebak-nebak, apa penilaianmu terhadap sikapku yang seperti orang tolol ketika bicara denganmu, satu jam setelah bicara, ya, aku teriak menjerit-jerit terhadap apa yang aku lakukan tadi terhadapmu. Padahal kamu hanya bilang “Terima kasih”, atau bertanya tentang sesuatu yang tidak penting.
Lagi-lagi perasaan suka membuat aku jauh terlihat bodoh.
Terlihat lebih bodoh lagi ketika aku menulis ini, lagu ini terputar dari laptop tuaku,
“So close yet so far, it’s tearing me apart
What I would do, to be there with you” So Close Yet So Far - Hoobastank
Ah, too much hope. Close to be your friend, it should enough for me. J
Comments