Skip to main content

antara "kamu" dan "gue", "lo" dan "aku", wahai sahabat

Malam ini entah kenapa tiba-tiba gue kangen nulis. Mungkin efek abis baca postingan - postingan lama. Apa lagi abis baca postingan tentang gue dari temen-temen deket gue.

Check it out!

http://soniaanggyyaniar.blogspot.com/2008/11/siapa-sih-anggy-itu-jawabannya-adalah.html

ini postingan sekitar 3 tahun yang lalu. Yap! Pas gue kelas 2 SMA.

Purwaningsih

Anggy itu *cuek *nyebelin *blagu *sok pinter *tomboy *jelek(kayak gue) *heboh *suka ngupil *jarang traktir gue *katanya mau masuk broadcast *mantannya d**z and ipank *udah di cipok jidatnya *tinggl tunggu di puser doank

Raisa Violetha

*suka ngupil *sering ke-gap bersihin jigong *kalo liat toilet langsung jongkok *suka ngopek2in jerawat *gak berlemak *sotoy *kambing

Biarpun komentar tentang gue nya asal-asalan, tapi gue bener-bener sayang kalian! Aaaa gue kangen :(((( Risha ngelanjutin study di Singapore, Purwa di Karawang ngelanjutin sekolah kebidanan. Gue sendirian di Jakarta :(((

I know, it just about 3 years ago. But I’ll never forget about highschool with you all, pals! Dimana gue gak pernah ngerasa sejaim ini. :( gue ngerasa banget tuntutan buat jadi orang dewasa. Ngerubah kebiasaan gue untuk pake kata ganti “gue” jadi “aku”. Gue kangen ketika lo semua manggil gue dengan julukan “miss idiot”, ya, lo ngasih julukan itu karena gue sangat sangat pecicilan gak bisa diem, iseng gak nanggung-nanggung, dan gayanya kayak si L di film DeathNote. Dan 1 lagi tentang gue menurut mereka, humoris. So damn much missing the old me :(((

Dan apa lagi pas gue baca Direct Message di Twitter beberapa hari yang lalu, seseorang bilang gini “lo beda banget sama apa yg lo tulis dulu. Sekarang keliatan jaim. Coba deh lo biasain nulis lagi dengan apa adanya lo. Supaya gak jaim lagi. I like you while you’re be yourself”

Ya, sekitar 6 bulan yang lalu, gue merubah semua penulisan kata ganti “gue” jadi “aku”. Mungkin yang kenal secara langsung sama gue bakalan aneh ngeliatnya. Jadi gini deh, kalo gue nulis nya lagi serius, gue pake kata ganti “aku” atau “saya”, nah kalo lagi iseng gini gue cukup pake “gue” “elo” aja ya :D gue tau kok emang gak konsisten dan gue juga gak suka ngebaca atau ngeliat postingan dalam 1 post ada banyak banget kata ganti, kadang bilang “kamu”, tapi ngomong kesendiri “gue”. Be a consistent writing, guy! Tapi gue juga masih sering kayak gitu sih kalo lupa hahaha

Daaaan beberapa minggu ini gue galau karena jomblo. Apa lagi di kosan gue rata-rata pada jomblo juga hahahaha kan obrolan malemnya pasti ngomongin pacar. Makin malam makin galau. Hahaha K tapi beda cerita kalo gue lagi gabung sama sahabat-sahabat gue tercinta, yaaaaaa ada Herman, Yanto, Arya, Saddam, Yafiz, Ferdy dan pria-pria lainnya yang biasa bersemayam di kosan nya Yanto. Kurang Ahdan sama Geci nih. Semenjak pisah kelas dan mereka pacaran. Ups! Kan jadi gue cewek sendirian. :|

Gak macem-macem kok. Biar cuma main segala jenis kartu kayak UNO, Poker, Domino, tapi itu merupakan moodbooster gue paling ampuh kalo lagi bĂȘte. Main kartu itu kebiasaan pulang kuliah dan wajib hukumnya di semester 3. Dan gue adalah orang yang selalu bawa kartu UNO kemanapun kita jalan. Menyempatkan main UNO sehabis selese makan. Aaaaa kangen. Semakin hari semakin berkurang jalan kayak gini. Tapi gue masih sering menyempatkan diri buat mampir ke kosan Yanto. :)

Arya, (me), Geci, Ahdan, Herman, Yanto

"you can't heal what you refuse to confront" – faorani.tumblr

Comments

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg