Skip to main content

Ketika Hati yang Bicara

Aku yang sekarang adalah aku yang menentang tentang adanya pengharapan dari masa lalu. Ya! Jelas hidupku lebih baik sekarang, dikelilingi teman yang sebelumnya tidak kusadari betapa luar biasanya memiliki mereka. Teman-temanku sungguh luar biasa hebatnya. Ketika teman yang satu sedang sibuk, aku bisa mencari teman yang lain untuk sekadar bersandar bahu dan melepas lelah. Tetapi ketika kekasih yang satu sibuk, mana boleh mencari kekasih lain. Benar, kan? Aku memegang teguh pola pikir yang seperti itu.

Tetapi, kenapa lingkungan dan teman-temanku sendiri yang menyatakan bahwa aku terlalu membawa kehidupan momen lampau untuk dijadikan patokan melangkah? Mereka bilang, aku masih kesulitan mencari pengganti momen lampau untuk mengisi kembali hati-yang-pernah-terisi-kemudian-terkosongkan ini? Aku tak tahu, siapa dan seperti apa orang yang bisa membuatku jatuh cinta sama seperti dulu pertama kali aku jatuh cinta?

Beberapa kali ada yang mendekatiku, tetapi aku tidak pernah bisa merasa nyaman senyaman dulu saat bersama dia. Selalu ada hal yang berbeda, entah itu agama, hobi, musik, sampai umur yang berbeda beberapa tahun dibawahku. Dan ya, terkadang tinggi badan menjadi masalah buatku, aku cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan. Agak susah mendapati teman dekat pria yang lebih tinggi dariku, entah itu bangsa tiga sampai lima senti meter.

Selera musik yang sama, band favorit yang sama, hobi menghabiskan waktu untuk menonton film, cengkramaan yang sangat cocok dan serasi sampai membuatku tak ingin berhenti bicara. Itu yang kuingat ketika aku jatuh cinta dulu. Rasanya susah untuk membuat hal seperti itu kembali.

Mereka bilang, aku masih menutup hati. Selama 2 tahun ini, aku mencari orang yang benar-benar sempurna yang persis seperti yang aku mau tanpa berpikir siapa pula aku ini sebenarnya. Bodoh ya. Sebagian besar temanku bilang, “dicintai kemudian kamu belajar mencintai itu lebih baik dibanding kamu hanya bisa mencintai tanpa dibalas dicintai. Kamu mencari sampai yang benar-benar sempurna itu hanya membuang waktu saja. Cintalah yang membuat kalian sempurna”. Hal tersebut membuat aku sedikit berpikir. berpikir. berpikir.

Dan ketika menulis ini, aku teringat ucapan temanku saat kita berbincang seputar kisah cintanya. “karma does exist, Nggi. I’ve felt it”. Kata-kata itu yang sekarang bersemayam dan berputaran di lingkaran kepalaku. Apa benar, hal tersebut yang membuatku susah untuk merasakan jatuh cinta?

Ya, aku pernah menolak seseorang dengan kuat-kuat. Tetapi bodoh dan kejamnya aku, ketika kedua kali dia bilang cinta, aku terima. Setelah itu aku minta lepas darinya. Aku tidak suka. Seharusnya ketika tahu aku tidak jatuh cinta, aku tidak boleh menerimanya, karena itu sangat menyakiti hatinya. Aku tahu, saat itu hatinya benar-benar merasa luka. Mungkin saat itu, aku hanya ingin mendapati apa yang kuinginkan; seseorang yang sama yang mampu membuat aku jatuh cinta dan merasa nyaman.

Mungkin karena karma?

Atau karena aku masih mencari yang kuingini bukan kubutuhkan?

Atau karena aku masih ingin bermain-main?

Seharusnya aku bisa menjawabnya sendiri.

Yang aku pasti tahu, Tuhan menyiapkan satu yang terbaik yang benar-benar kuingini dan kubutuhkan.

Comments

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg