Aku yang sekarang adalah aku yang menentang tentang adanya pengharapan dari masa lalu. Ya! Jelas hidupku lebih baik sekarang, dikelilingi teman yang sebelumnya tidak kusadari betapa luar biasanya memiliki mereka. Teman-temanku sungguh luar biasa hebatnya. Ketika teman yang satu sedang sibuk, aku bisa mencari teman yang lain untuk sekadar bersandar bahu dan melepas lelah. Tetapi ketika kekasih yang satu sibuk, mana boleh mencari kekasih lain. Benar, kan? Aku memegang teguh pola pikir yang seperti itu.
Tetapi, kenapa lingkungan dan teman-temanku sendiri yang menyatakan bahwa aku terlalu membawa kehidupan momen lampau untuk dijadikan patokan melangkah? Mereka bilang, aku masih kesulitan mencari pengganti momen lampau untuk mengisi kembali hati-yang-pernah-terisi-kemudian-terkosongkan ini? Aku tak tahu, siapa dan seperti apa orang yang bisa membuatku jatuh cinta sama seperti dulu pertama kali aku jatuh cinta?
Beberapa kali ada yang mendekatiku, tetapi aku tidak pernah bisa merasa nyaman senyaman dulu saat bersama dia. Selalu ada hal yang berbeda, entah itu agama, hobi, musik, sampai umur yang berbeda beberapa tahun dibawahku. Dan ya, terkadang tinggi badan menjadi masalah buatku, aku cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan. Agak susah mendapati teman dekat pria yang lebih tinggi dariku, entah itu bangsa tiga sampai lima senti meter.
Selera musik yang sama, band favorit yang sama, hobi menghabiskan waktu untuk menonton film, cengkramaan yang sangat cocok dan serasi sampai membuatku tak ingin berhenti bicara. Itu yang kuingat ketika aku jatuh cinta dulu. Rasanya susah untuk membuat hal seperti itu kembali.
Mereka bilang, aku masih menutup hati. Selama 2 tahun ini, aku mencari orang yang benar-benar sempurna yang persis seperti yang aku mau tanpa berpikir siapa pula aku ini sebenarnya. Bodoh ya. Sebagian besar temanku bilang, “dicintai kemudian kamu belajar mencintai itu lebih baik dibanding kamu hanya bisa mencintai tanpa dibalas dicintai. Kamu mencari sampai yang benar-benar sempurna itu hanya membuang waktu saja. Cintalah yang membuat kalian sempurna”. Hal tersebut membuat aku sedikit berpikir. berpikir. berpikir.
Dan ketika menulis ini, aku teringat ucapan temanku saat kita berbincang seputar kisah cintanya. “karma does exist, Nggi. I’ve felt it”. Kata-kata itu yang sekarang bersemayam dan berputaran di lingkaran kepalaku. Apa benar, hal tersebut yang membuatku susah untuk merasakan jatuh cinta?
Ya, aku pernah menolak seseorang dengan kuat-kuat. Tetapi bodoh dan kejamnya aku, ketika kedua kali dia bilang cinta, aku terima. Setelah itu aku minta lepas darinya. Aku tidak suka. Seharusnya ketika tahu aku tidak jatuh cinta, aku tidak boleh menerimanya, karena itu sangat menyakiti hatinya. Aku tahu, saat itu hatinya benar-benar merasa luka. Mungkin saat itu, aku hanya ingin mendapati apa yang kuinginkan; seseorang yang sama yang mampu membuat aku jatuh cinta dan merasa nyaman.
Mungkin karena karma?
Atau karena aku masih mencari yang kuingini bukan kubutuhkan?
Atau karena aku masih ingin bermain-main?
Seharusnya aku bisa menjawabnya sendiri.
Yang aku pasti tahu, Tuhan menyiapkan satu yang terbaik yang benar-benar kuingini dan kubutuhkan.
Comments