7 Mei 2012, 11.20 pm.
Ada yang kusuka dari
hari ini. Entah rasanya ada sedikit rasa beda, bukan spesial tetapi cukup
membuatku menari-menari karena banyak kejadian yang hebat hari ini. Maksudku,
akibat mendapati senyummu lagi mungkin salah satunya.
Awalnya aku malas
sekali bangun dari tempat tidur, nada hujan terlalu curang memanjakan telinga
dengan iramanya –menjatuhkan dirinya bergantian dengan titik-titik lain– yang
menggoda tubuhku untuk tetap tinggal di bawah selimut. Godaannya seakan
menyuruh untuk bolos 2 mata kuliah pagi ini.
Godaan hujan ternyata
bisa dikalahkan semangat bertemu senyummu. Iya, senyummu yang sering kugumami
dan kukagumi itu. Yang manisnya luar
biasa, lebih manis dari rasa gula-gula merah jambu –gulali– meskipun aku tak
pernah sekalipun mencicipi rasa bibirmu, tapi seperti itulah delusiku.
Aku tak punya payung,
pula jas hujan. Itu yang membuatku sedikit bingung untuk pergi ke kampus yang
jaraknya cukup jauh dari kosanku. Tapi beruntungnya, aku punya tetangga kamar
kosan yang punya payung yang kebetulan tidak sedang ia pakai. Untuk menemui
senyummu, ada saja jalannya. Hehe
Beberapa bagian yang
aku suka dari hari ini.
Bagian 1:
Pada jam pertama, mata
kuliah E-Learning, Mrs. Nuril memberikanku satu batang cokelat yang kebetulan
itu adalah salah satu merk cokelat favoritku. Cokelat tersebut ia berikan
kepada 3 mahasiswa yang mendapati hasil ujian tertinggi pada pekan UTS minggu
lalu. Beruntungnya, aku salah satu dari ketiga mahasiswa tersebut. Tuhan memang
Maha Baik, Ia tahu saja kalau aku ini si pecinta cokelat kelas berat.
wuuuuffff! :3
Oh iya, Mrs. Nuril ini
selalu punya cara sendiri dalam mengajar. Setiap pembagian nilai ujian, 3
mahasiswa dengan nilai terbaik akan diberikan masing-masing 1 cokelat. 1 kelas
terdiri dari 65-70 anak, dan setahuku, ia mengajar banyak kelas. Waw, sejenak
pikiranku menduga-duga, mungkin ia punya pabrik cokelat.
Ketika mendapati
cokelatnya karena nilai terbaik, serasa kembali ke jaman di mana aku duduk di
bangku sekolah dasar. Jadi, di setiap kenaikan kelas dan aku mendapati nilai
terbaik, Ayah akan memberiku hadiah. Rasanya sama. Menyenangkan bukan?
Bagian 2:
Masih tentang nilai
ujian, nilai di mata kuliah Metodologi Penelitian, nilaiku cukup aman. Padahal aku
kira akan jatuh jauh dari sempurna, karena aku sedikit tidak yakin dengan apa
yang kukerjakan, tetapi hasilnya cukup –sedikit kurang– memuaskan.
Bagian 3:
Beberapa kali kulihat
senyummu hari ini. Meskipun bukan buatku, meskipun kutahu karena memang kamu si
pemurah senyum, tapi itu saja sudah bisa membuat hati ingin terus menari-nari,
berlompat-lompat kegirangan.
Kamu memang tidak
begitu tampan. Tetapi senyuman termanis yang pernah kudapati itu ya dari
bibirmu. Si bibir dari perokok kelas berat, yang bahkan warnanya masih tetap
merah, bukan hitam keungu-unguan. Rokok menthol mungkin, atau apalah aku tak
pernah mengerti dan tak tahu banyak tentang jenis dan merk rokok yang populer.
Aku kecanduan seyummu
mungkin sama seperti kamu kecanduan merokok. Sama-sama susah diberhentikan. Satu-satunya
cara untuk memberhentikan kecanduan keduanya adalah, merubah kebiasaan. Kamu akan
berhenti mungkin ketika kamu hampir sulit bernafas. Tetapi jika aku, akan
berhenti ketika benak menyadari, ‘kamu hanyalah angan dari sebagian ingin’.
Akan ada saatnya nanti benakku menyadari hal itu.
Akan ada saatnya nanti benakku menyadari hal itu.
Notes: aku hanya
mengidolakan senyum-senyummu, bukan mencintaimu, bahkan bukan ingin memilikimu.
Bagian 4:
Sahabat lamaku, Bani. Mengirimiku
sebagian teks yang kemudian membuatku tenggelam dan terhanyut akan cerita masa
lalu ketika kita masing-masing duduk di Sekolah Dasar. Si cowok albino satu ini
senang sekali memanggilku dengan nama “giraffeey” –Jerapah–, dan beruntungnya
dia kupanggil “miauww” karena dari beberapa binatang yang berbulu putih, itu yang
paling pas. Yang bikin ngeselin, dia kalo ngomong belagak bule dengan sesekali
menyelipkan logat british di dalamnya. Huft. Rasanya tak sabar mengeplaki
kepalanya secara langsung. Banyak rindu tertumpuk ternyata.
Mataku mulai manja. Ia sudah
meminta untuk segera memutar jalan cerita mimpi yang terpotong fajar tadi.
Yang pasti, hari ini
menyenangkan. Besok harus lebih dari hari ini.
Selamat malam, selamat
memejam.
Comments