“Aku memang bukan siapa-siapa. Untuk mendapatkanmu, aku sudah siap-siap jika perjuanganku sia-sia.” - Ucap Halyan, kala itu di lini kala.
Entah
tulisanmu barusan itu untuk siapa, atau cuma sekedar kumpulan kata-kata yang
tak begitu berarti apa-apa buatmu, bagiku ialah luar biasa. Aku begitu suka
permainan katamu dari perpaduan “siap-siap” dan “sia-sia” bergabung dalam kata “siapa-siapa”
sampai menjadi tulisan yang begitu berarti buatku.
Dari
sudut pandangmu aku tahu bahwa kamu begitu berjuang untuk menjadi siapa-siapa
ketika mendapatkan, dan sudah bersiap-siap kalau perjuanganmu nyatanya cuma sekedar
sia-sia. Sayang, sangat berartinya dia bagimu. Siapapun dia, kuharap kamu
dapatkan dan merupakan kebutuhanmu. Iya,
kebutuhanmu. Semoga sampai tak kau jadikan dia Tuhanmu.
Sayang,
aku turut bahagia atas bahagianya kamu. Bukan, bukan karena bahagiamu dengan
yang lain. Kurasa semua pun tahu, bahagia atas itu, cuma sebatas semu. Tetapi karena
saat ini, kamu sedang bersamaku. Aku turut bahagia atas bahagiamu karena
bersamanya kita, sayang. Mungkin nanti, ada saat turut bahagianya aku atas
bahagiamu dengan yang lain, ketika hilang rasa, ketika aku menemukan bahagia
baru, kemudian bisa. Kurasa semua setuju.
Yang
jelas, saat ini aku masih menyayangimu, kamu masih menyayangiku, dan bahagia masih bersama kita. Entah sampai
kapan, sampai hati mati, dan tak ada lagi kita di sana.
Penuh sayang,
Sonia Anggi.
Penuh sayang,
Sonia Anggi.
Comments