“Dia sumber inspirasi, objek imajinasi, bahkan yang sering aku jadikan peran di beberapa tulisan. Aku bukan dari sekadar mengaguminya, tetapi bahkan sampai mencintainya.”
Kicauannya masih sering menghiasi
lini kala punyaku, pun kurasa di beberapa lini kala kalian. Kicauan renyah dari
140 karakter yang diolah sedemikian rupa, entah dengan bumbu apa dia
meraciknya, yang pasti, selalu bisa membuat bibir melengkingkan senyum dengan
hentakan tawa. Lini kala punyanya itu memang candu.
Aku beruntung,
aku dapat mengenalinya dari dua dunia sekaligus. Maya, dan nyata. Keduanya sama,
mampu membuat konversasi yang menyenangkan, penuh tawa. Meskipun di nyata agak
sedikit lebih pendiam, tetapi selalu mampu membuatku senyum-senyum sendirian. Tak
pedulilah aku dibilang gila atau tak waras oleh mereka. X))
Ya, aku
menyukai lini kalanya lebih dari setahun lalu. Aku ialah salah satu pemerhatinya
di antara beberapa yang lain. Sampai suatu ketika, ada kicauannya yang mampu
membuat jemari gatal ingin mengomentarinya.
Semua dimulai
dari sini. Konversasi menyenangkan itu berlanjut ke dunia nyata dengan mata
saling mendapati temu. Kita senang bertukar cerita, bahkan sampai tak ingat
waktu. Ternyata ada passion yang
sama.
Karena jarak
yang tak begitu jauh, ini membuat kita semakin sering mempunyai waktu bersama. Ketika
itu, aku mengaguminya, dia menyukaiku. Kupikir kalian pun tahu, apa yang
terjadi setelahnya. Iya, kita saling jatuh hati.
Dia melebihi
dari sekadar menyenangkan, menenenangkan. Pun dia bisa menentangkan ribuan
kelukaan dari momen lampau yang terkadang masih mengerak di benak.
Dia sumber inspirasi, objek
imajinasi, bahkan yang sering aku jadikan peran di beberapa tulisan. Aku bukan
dari sekadar mengaguminya, tetapi bahkan sampai mencintainya.
Aku bilang ini bukan hanya semata
kebetulan, tetapi juga masih belum percaya bahwa ini takdir. Yang pasti, saat
ini aku sedang merasa beruntung.
Teruntuk dia, Halyan Mardiyanto. Rasa
ini begitu penuh sayang, tak mau kamu hilang.
Dengan sayang,
Comments