Skip to main content

Bukan Jatuh Cinta Diam-Diam

Aku tengadahkan tanganku keangkasa, aku selipkan namamu diatasnya, kemudian memejam mata sambil berkata dalam hati, “Aku mencintainya, Tuhan. Bisikkan rindu ini padanya, pelan-pelan”. – Doaku sore ini.

Sebulan terakhir ini, aku mengamati gerakmu. Mengikuti setiap langkah kakimu melalui mayanya dunia. Mereka bilang aku “Stalker” atau “Kepo”, hal tersebut bisa saja membuatmu sakit hati, katanya. Ah, bagiku asal aku bisa tahu banyak tentang kamu, aku bisa saja lebih mudah mengenalmu, siapa saja yang sedang dekat denganmu, bukan masalah besar bagiku, justru itu sangat membantu. Tapi kiranya aku salah, tahu banyak tentang kamu, membuat aku semakin jauh dan memilih mundur dan kecewa. Mereka benar, tidak enak menjadi seorang “Stalker”.

Tapi aku berpikir lagi, mencintai seseorang yang mencintai orang lain merupakan hal yang sering aku lakukan, tetapi setelahnya mundur tanpa basa-basi. Padahal sebenarnya masih bisa mencintai diam-diam kan? Tanpa harus berharap memilikinya adalah suatu keharusan. Ya, aku masih bisa mencintai kamu diam-diam. Ya, aku adalah yang masih memantau kamu, dari dunia maya.

Kamu adalah seorang penyair yang handal, setiap tulisan yang kamu coretkan dalam kertas (ah, maksudku dalam blogmu), setiap bait dalam puisi yang menghenyakkan hati, suaramu yang kamu upload pada soundcloud-mu, foto-fotomu yang lucu, segalanya tentang dirimu, ah, apakah kamu sama sekali tak berpikir betapa mudahnya kamu untuk dicintai? Sekalipun seringnya kamu menunjukkan cengkeramaanmu bersama yang kamu cintai, tak membuatku berhenti sampai disitu.

Setiap hari aku mengikutimu, sampai tanpa sengaja mengetahui selisih umurmu dengan pacarmu sangat bebeda jauh, hingga tahu juga kalian berbeda agama. Hal tersebut membuat diriku semakin semangat untuk tahu banyak tentang kalian, sama sekali bukan niat untuk mengacaukan, tetapi sungguh, aku sangat mengagumi pengorbanan percintaan dengan gap perbedaan agama bukanlah hal yang mudah, tetapi keras. Aku tepuk tangan untuk kalian untuk hal itu.

Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja juga aku mengetahui kalian memilih jalan sendiri-sendiri dan memutuskan hubungan. Senang, tapi sedikit iba. Ah entahlah, yang pasti, perasaanku kepadamu tidak berubah sedikitpun.

Jatuh cinta diam-diam? Tidak sepertinya, semalam aku sudah mengatakan aku jatuh cinta pada tulisan dan penulisnya lewat twitter, diapun menjawab “tentu saja, tidak ada yg melarang seseorang untuk jatuh cinta pada siapa saja :)”. Tuhan, aku semakin jatuh cinta.

Tahukah, aku sama sekali belum pernah melihat dirimu di dunia nyata, aku hanya melihat dirimu dalam kata-kata. Tapi tahukah, Tuhan pernah mengirimkan dirimu pada satu dari seribu mimpiku yang bahkan hanya kamu dan beberapa yang aku ingat.

Sekarang, aku hanyalah orang lain bagimu, seseorang yang asing. Tapi nanti, kita pasti bertemu di dunia nyata. Hingga akhirnya kamu tahu, aku lah yang pantas.


yang awalnya #cumanaksirunite tapi lama-lama jadi jatuh cinta beneran :))

tag: @hurufkecil

Comments

alitt said…
BRB, panggil @muhadkly :p
Prstyokh said…
Aiihhh buat kang acho....
Sonia Anggi Y said…
This comment has been removed by the author.
Sonia Anggi Y said…
pokoknya ini bukan buat kak Acho kok. serius! nggak boong! sumpah >.<
kak Acho kan masih pacaran, yang aku suka kan lagi jomblo sekarang. aaak. bukan kak Acho kok! serius kaaak! :'D
Anonymous said…
wak beneran tuh :D

uhui
Kinoy said…
@hurufkecil bukanx kak aan mansyur yah?
Anonymous said…
“mereka benar, tidak enak menjadi stalker.” – @soniaanggi
Anonymous said…
@zarryhendrik ? :D

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg