Skip to main content

Wanita Pemain Hati


Wanita Pemain Hati

David   : Hei kamu, iya kamu. Harusnya kamu punya cara sendiri untuk memikat kami, tapi kenapa harus seperti itu?

Anggi   : Aku? Apa salah denganku? Telah kulakukan apa sampai membuatmu merasa merugi seperti itu?

David   : Salahmu adalah membuatku terbius oleh cumbu manis dari kalimat-kalimat yang kau lontarkan padaku. Itu salahmu!

Anggi   : Aku hanya berucap. Bahkan semua semaumu. Kenapa harus menyalahkanku? Hei, lihat ke dirimu!

David   :  Tapi aku sudah terlanjur tenggelam dalam candu cintamu!

Anggi   : Itu salahmu! Kenapa harus mau jadi beban berat yang mudah tenggelam di air?! Tenggelammu bukan urusanku.

David   : Bukan urusanmu? Kau pikir aku ini apa? Kolam cintamu itu menarikku bagai pasir hisap!

Anggi   : Salahku? Jelas itu salah kakimu. Kenapa mau mendekati kolam kalau sudah tau pasirnya bisa hisapi rasa. Menyesal? Sesali saja.

David   : Memang salahmu, Kau yang pikat aku dan mendorongku ke dalam kolam pasir cintamu. Dan kau tak merasa bersalah?

Anggi   : Saling menyalahkan? Saling menyalahkan itu tak ada guna. Aku tanya sekarang, maumu apa? meminta balik rasa yang kau perosokkan sendiri bersama pasir?

David   : Memangnya apa yang kau pahami dari rinduku ini?

Anggi   : Yang kupahami dari rindumu? Terlalu banyak rerinduan yang hadir, Aku sampai bingung rindu yang darimu rindu yang seperti apa. Sudahi saja rindumu. Rerinduanmu terbuang sia-sia.

----
Obrolan random bersama @DavidAditya_UB, yang diawali dari sebuah twit dia, yang kemudian gue lanjutkan dan menjadi seperti ini.

Tulisan yang ini gue kasih judul "Wanita Pemain Hati" karena di situ gue berperan sebagai wanita yang begitu mudah memberi harapan dan menarik perhatian mereka dengan kata-kata manis yang gue ucapkan. Setelah menarik perhatian mereka, gue yang dengan angkuhnya meminta mereka melupakan dan menghapuskan rasa yang mereka punya terhadap peran gue di situ. 

Sekian.

That was just a fiction.
Seru ya, kalo punya teman yang bisa diajak berimajinasi, hehe. 

Comments

Popular posts from this blog

Alay vs Bopung .. waw (*new)

Awkey, selamat datang kembali di miss.idiot's blog. Udah lama yah gue gak nulis. kangen juga .. Pada kangen kan sama gue ? (pasti jawabannya 'enggak!') yaudah, lanjut deh ..... 'Alay? Bopung? apaan sih tu?, ada yang tau gak?' Yap . Anak muda jaman sekarang sungguh sangatlah kreatif dalam menciptakan sebuah istilah gaul. Yang pasti bukan gue yang menciptakan istilah tersebut, karena gue bukanlah anak gaul. Hoho. Sepertinya semuanya sudah tau. Terlihat dari tampang saya yang lugu ini. (Hak Cuih Pret!) Jadi, Kemaren gue iseng2 buka bulletin board di friendster, ternyata rame banget ya coy(maaf, saya terkena Budi Anduk Syndrome. haha) ada yg cuma nulis 'onlen onlen, komen dong' , 'i love u so much' , 'brengsek! bajingan' , etc, entah itu di tujukan untuk siapa. Tapi mata gue hanya tertuju pada satu bullbo(bulletin board) entah itu buatan siapa, yang pasti isinya lumayan menarik buat di analisis. Yap. Karena gue belum pernah denger kata2 atau

Aku, Dia, Cinta, dan Diam

Jadi begini rasanya mencintai diam-diam. Melihatnya dari kejauhan saja, senangnya luar biasa bukan main. Ya, aku mengaguminya bahkan sekaligus mencintainya sudah hampir 6 tahun, secara diam-dialm. Seharusnya cintaku bunyi, tak cuma diam. Sebab kami saling mengenal satu sama lain, dan bahkan sering membuat konversasi yang menyenangkan, walau hanya sekadar melalui messenger. Yudha Andhika, ialah nama lengkapnya. Dia adik kelasku ketika SMA lalu. Kami cukup dekat, sebab dia berpacaran dengan sahabatku. Saat itu, aku tak jatuh cinta, cuma sekadar kagum akan kepandaiannya. Entah, buatku, lelaki yang pandai selalu mempunyai kharisma tersendiri, terlebih dia mampu bergaul dengan banyak orang. Kabar putusnya hubungan Yudha dengan Leona -sahabatku- tak memberi kebahagian tersendiri bagiku, sebab aku tak mungkin bisa membuatnya menoleh dan meminta hatinya. Cukup mencintainya saja, bukan untuk memiliki hatinya, ujar benakku. Waktu berjalan. Siapa bilang waktu tak mempunyai kaki? Fils

Kalau Tak Cinta, Pasti Tak Akan Luka

“Kamu di mana?” Entah sudah berapa banyak text message dariku yang memenuhi layar handphone -nya tapi tak digubris juga. Pun entah berapa puluh banyak Missed Call dariku yang ikut menyemaraki. Randi sengaja menghindariku, atau memang ada sesuatu di luar kendali yang terjadi? Seingatku, tak ada masalah besar antara kita di hari-hari yang lalu.  Entah ada apa dengan dia hari ini, menghilang 24 jam tanpa ada kabar, tak seperti biasanya. Perasaanku tak enak. Sejenak pikiran itu membawaku melangkah mendekati tempat tinggalnya, di sebuah kost pria di daerah Jakarta Selatan. Kuketuk pintunya, padahal kutahu kalau isi kamarnya kosong, tapi tetap saja kuketuk pintunya. Berharap ada jawaban, tetapi tetap saja tak ada. Kemudian ada langkah mendekat yang kudengar dari belakangku. “Mbak, cari Mas Randi ya?” “Iya, Bu. Ada kepentingan.” “Mas Randi tadi pagi pergi. Katanya mau ke luar kota. Ke Solo kalau nggak salah. Ada urusan kerjaan katanya.” Ucap Ibu-ibu separuh baya yang sambil mengg